Pemuda adalah tulang punggung negara. itulah ungkapan yang sering kita dengar sejak jaman dulu hingga sekarang. apakah slogan itu memang benar tertanam pada pemuda zaman sekarang atau hanya sekedar ungkapan kata0kata yang indah saja.
Menilik dari dari sejarah perjuangan bangsa sejak zaman penjajah, pemuda selalu menjadi motor penggerak dalam segala pembaruan. mereka selalu mendobrak para penguasa yang dianggap tidak adil, berlaku semena-mena dan tidak memihak rakyat. mereka menempuh jalan kekerasan untuk mendobrak ketidak adilan tersebut.
Pada era teknologi canggih ini, nampaknya semangat itu sudah mulai kendur. jangankan mereka berjuang untuk rakyat, memperingati Hari Sumpah Pemuda saja kadang dilupakan. Memamng ada sebagian pemuda yang masih berkobar darah mudanya, mereka berteriak dijalanan atau bahasa populernya parlemen jalanan. Tapi apakah mereka murni untuk rakyat? kalau ya.... rakyat yang mana yang diwakili....? karena sebagian besar rakyat tidak menyukai cara-cara mereka yang anarkis, tidak tahu kesantunan. Mereusak fasilitas umum, dan mengganggu ketertiban lalu lintas, menyandra kendaraan, merusak kendaraan merupakan tindakan yang tidak sesuai dengan tujuan mereka.
Jika fasilitas umum yang dirusak, rakyatlah yang rugi. Pemerintah akan membangun lagi fasilitas tersebut dengan biaya negara. uang yang seharusnya untuk keperluan lain hanya untuk membangun fasilitas umum yang dirusak oleh para parlemen jalanan.
Sejak runtuhnya Rezim Soeharto, apa yang didapat oleh rakyat? tidak semua positif tapi banyak negatifnya. contohnya, harga diri bangsa diinjak-injak oleh bangsa lain. tayangan yang tidak layak ditonton oleh anak-anak sekarang dijejalkan di berbagai media, timbul berbagai konflik horizontal, kemerosotan akhlaq. Pembangun di daerah semakin parah, Korupsi semakin merambah kalangan bawah. Macam itukah yang diinginkan oleh para orang-orang yang menganggap dirinya pahlawan reformasi????
Memang ada si untungnya dengan lengsernya rezim soeharto, antara lain, bebas berbicara, bebas mengkritik sehingga norma kesopanan hilang. Banyak timbul raja-raja kecil yang menguasai daerah tingkat dua yang notabene menambah lapangan kerja. Tapi rakyat kecil tidak merasakan manfaat yang besar dari hasil reformasi.
Tanggal 28 Oktober 2010 mari kita jadikan hari untuk menata diri. tuntaskan cita-cita reformasi. jangan hanya bisa menumbangkan suatu rezim, tapi harus bisa membangun suatu rezim. Lawan segala tidak keadilan dengan cara-cara yang terpuji. Gunakan Akal jangan okol. Jangan mau ditunggangi oleh kepentingan individu maupun kelompok tertentu. Kembali kepada fitrah sumpah pemuda.